Jumat, 12 Februari 2016

kompleksometri

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

KOMPLEKSOMETRI


Oleh
Tuti Sri Mulyani

Patner :
Maulana Reza
Rini Silvia
Sri Lestari
Yuliani





LABORATORIUM KIMIA ANALITIK
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AL-GHIFARI BANDUNG
2014-2015
 
BAB I
PRINSIP DAN TUJUAN

1.1  Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan praktikum kompleksometri adalah berdasarkan pembentukan senyawa kompleks yang larut antara ion logam dengan zat pembentuk kompleks.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum adalah mahasiswa diharapkan mampu untuk menentukan kadar ion logam.
 
 
BAB II
TEORI PENUNJANG
2.1 Teori penunjang
Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi kompleksometri :

Ag+ + 2 CN Ag(CN)2
Hg2+ + 2Cl HgCl2      
  (Khopkar, 2002).

Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral (Basset, 1994).
Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :

M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O
(Khopkar, 2002).
                                                                          BAB III
CARA KERJA, ALAT DAN BAHAN
3.1  Cara Kerja

1.    Standarisasi larutan Na2EDTA :
-         Pipet 10 ml larutan Mg2SO4 0,1 N masukkan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian encerkan sampai dengan tanda batas.
-          Pipet 10 ml larutan hasil pengenceran tersebut ke dalam erlenmeyer tambahkan 5 ml buffer salmiak Ph 10 dan sedikit indikator EBT
-          Titrasi dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah anggur ke biru.
-          Hitung konsentrasi larutan EDTA
2.    Penentuan kadar Ca2+ dan Mg2+ dalam sampel :
-          Pipet 10 ml larutan sampel masukkan ke dalam labu ukur 100 ml kemudian homogenkan.
-          Tambahkan 10 ml buffer salmiak Ph 10 dan sedikit indikator EBT
-          Titrasi dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah anggur ke biru.
-          Hitung kadar total Ca dan Mg

3.2  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
-       Buret
-       Labu ukur 100 ml 1 buah
-       Erlenmeyer 3 buah
-       Gelas ukur / pipet volum
Bahan yang digunakan :
-       NaCl
-       Indikator K2CrO4 5 %
-       AgNO3

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Hasil percobaan
1.    Standarisasi larutan Na2 EDTA
-       Larutan MgSO4
M = gr / mr x 1000 / ml
0,1 = gr / 120 x 1000 / 100
gr = 1,2 gram
1,2 gram MgSO4 à Aquadest ad 100 ml (m1)
Pengenceran 10 ml (m1) + aquadest ad 100 ml
-       10 ml hasil pengenceran à erlenmeyer + 5 ml buffer salmiak PH 10 dan sedikit indikator EBT
Pembuatan buffer salmiak
5,4 gr amonium klorida
70 ml Amonium hidroksida 5 M
Aquadest ad 100 ml
-       Titrasi dengan larutan EDTA
Perhitungan EDTA
M = gr / mr x 1000 / ml
0,1 = 9 / 372 x 1000 / 100
Gr = 3,72 gr

No
Volume pengenceran MgSO4
Volume awal
Volume akhir
Volume terpakai
1.
10 ml
42  ml
41,5 ml
0,5 ml
2.
10 ml
41,5 ml
41 ml
0,5 ml
3.
10 ml
41 ml
40,8 ml
0,2 ml
                                                                                       V Rata-rata = 1,2 / 3 = 0,4 ml
Perhitungan konsentrasi
V1 . N1 = V2 . N2
42 . 0,1  = 0,4 . N2
4,2 / 0,4= N2
10,5 = N2

2.    Penentuan kadar CaCl2
-       Lakukan pengenceran
M = gr / mr x 1000 / ml
0,1 = gr / 110 x 1000 / ml
Gr = 1,1 gr
1,1 gram CaCl2 à Aquadest ad 100 ml (m1)
Pengenceran 25 ml (m1) + aquadest ad 100 ml
-       10 ml buffer salmiak Ph 10 dan sedikit indikator EBT
-       Titrasi dengan EDTA ad warna biru

No
Volume CaCl2
Volume awal
Volume akhir
Volume terpakai
1.
10 ml
30 ml
29 ml
1 ml
2.
10 ml
29 ml
28 ml
1 ml
3.
10 ml
28 ml
27 ml
1 ml
                                                                                                                   V rata-rata = 1 ml
Perhitungan kadar CaCl2
V1 . N1 = V2 . N2
30 . 0,1  = 1 . N2
3 / 1= N2
3 = N2     
Jadi kadar CaCl2 adalah 3
Pembahasan
Pada praktikum ini, kami melakukan proses titrasi kompleksometri. Titrasi kompleksometri adalah titrasi yang melibatkan reaksi ion logam dengan zat pengompleks/zat ligand. Dimana zat pengompleks yang digunakan pada praktikum ini yaitu EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetate) dan ion logamnya yaitu Ca2+. Sebelum melakukan proses titrasi ini, kami melakukan proses pembakuan larutan EDTA. Dan sebelum melakukan proses pembakuan larutan, kami pun membuat larutan yang diperlukan terlebih dahulu. Larutan EDTA 0,01 M, larutan dapar pH 10 dan larutan indikator EBT (Eriochrome Black T) sudah tersedia. Maka, kami pun membuat larutan baku kalsium.
Larutan baku kalsium dibuat dari padatan CaCO3 pa, larutan HCl dan air. Padatan CaCO3 yang digunakan itu pa (pro analys), karena salah satu syarat larutan standar primer yaitu tingkat kemurniannya pa. Sebelum dilakukan titrasi Ca dilakukan terlebih dahulu pembakuan larutan EDTA. Proses pembakuan dilakukan karena EDTA merupakan larutan standar primer, maka harus distandarisasi terlebih dahulu dengan larutan standar primer (larutan baku kalsium) sebelum melakukan proses titrasi.
Setelah proses pembuatan larutan baku kalsium, dilakukanlah proses pembakuan larutan EDTA. Larutan baku kalsium dipipet, kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Karena, dengan labu erlenmeyer akan lebih memudahkan dalam proses titrasi, terutama dalam proses pengocokkan. Setelah itu, ditambah larutan dapar pH 10. Penambahan  larutan dapar pH 10 berfungsi supaya suasana dalam keadaan basa ketika melakukan proses titrasi dan untuk mempertahankan nilai pH. Lalu, ditambahkan aquades. Sebelum melakukan proses titrasi, ditambahkan indikator EBT. Penambahan indicator EBT berfungsi sebagai indikator pH. Dengan ditambahkannya indikator EBT,   maka terbentuk CaIn yang berwarna merah anggur (pink). Jika sudah terbentuk larutan berwarna merah anggur (pink), maka proses titrasi antara larutan EDTA dan larutan baku kalsium dapat langsung dilakukan.
Setelah didapat larutan berwarna biru langit, proses titrasi dihentikan. Saat itulah, mol CaCl2 sama dengan mol EDTA, dan hal ini dinamakan titik akhir titrasi. Dimana reaksi yang terjadi selama proses titrasi yaitu
Ca2+    +      HIn2-   →  CaIn  +  H+
CaIn–     +   H2Y2-      →     CaY2- + HIn2- + H+
                                                           (merah anggur)    +     (biru)

Dari proses titrasi tersebut, didapatkan konsentrasi EDTA sebesar 10,5 N.
Kemudian, kami melakukan titrasi Ca. Langkah kerja yang dilakukan sama dengan proses pembakuan larutan EDTA. Hanya terdapat perbedaan ketika ditambahkannya larutan dapar pH 10. Dimana pada proses ini, larutan dapar pH 10 yang digunakan lebih banyak 1 mL.
Dalam praktikum juga dilakukan titrasi kesadahan total dari sampel air. Kesadahan air adalah adanya kandungan mineral-mineral tertentu yang terdapat di dalam air, pada umumnya mineral itu adalah ion kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garam karbonat. Proses titrasi dilakukan mirip dengan titrasi pembakuan larutan EDTA yaitu menggunakan indicator EBT dan larutan dapar pH 10. Hanya saja sampel yang digunakan adalah air. Setelah dilakukan titrasi dan didapatkan titik ekuivalennya, dapat ditentukan kesadahan total dari air yaitu sebesar 103 ppm. Selain menghitung kesadahan CaCl2 yaitu 3 M.


KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Konsentrasi larutan EDTA 10,5 N Kadar Ca yang diperoleh 3 M.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar